BAB
I
Landasan Teori
Landasan Teori
A.
Aspek
Perkembangan Motorik dan Kognitif pada anak usia 2-6 Tahun
Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentang usia 2 – 6 tahun, masa ini
sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk Kelompok Bermain
dan Taman Kanak-Kanak.
Seperti bayi
dan balita, anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat, baik secara fisik,
kognitif maupun psikososialnya.
Masa kanak–kanak awal usia 2 sampai 6 tahun, masa ini merupakan masa
prasekolah, dimana anak umumnya masuk kelompok bermain dan Taman kanak-kanak.
Di dalam Islam masa ini disebut dengan fase al-thifl. Anak usia Taman Kanak-kanak dalam rentangan usia 4-5 atau 6 tahun berada
dalam masa usia emas (golden age) segala sesuatunya sangat berharga,
baik fisik, emosi dan intelektualnya. Perkembangan fisik anak mengalami
perubahan seperti, tinggi badan dan berat badan. Masa kanak-kanak rata-rata
tinggi badannya bertambah 6.25 cm setiap tahun dan bertambah berat badan 2-5
kg. Pada usia 6 tahun berat badan anak normal harus kurang lebih mencapai 7
kali berat pada waktu lahir. Anak usia Taman Kanak-kanak ini sangat besar
energinya sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang sangat tepat sehingga
berkembang kemampuan motorik kasar maupun halus.
Prinsip-prinsip
perkembangan fisiologis anak usia Taman Kanak-kanak adalah koordinasi gerakan
motorik, baik motorik kasar maupun halus. Pada awal perkembangannya, gerakan
motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Sehingga seiring dengan
kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak
terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Prinsip utama
perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan
latihan atau praktek.
Perkembangan Motorik Kasar
merupakan tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti:
berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat
menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat
tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6
tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa
ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau
kegiatan lainnya yang mengandung bahaya. Selain mengandalkan kekuatan otot,
rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan
otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakkan tubuhnya.
Perkembangan gerakan
motorik halus anak TK ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam
hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan
menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus
anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini
masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan.
Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna
sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6
tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Jadi, pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual
motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan
tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau
menggambar.
Ketika anak mampu melakukan suatu
gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih
luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak
mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar
maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif
dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi
dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai
kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak
secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak
melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu didukung dengan berbagai fasilitas
yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan intelektual pada
masa kanak-kanak awal, anak berpikir konvergen menuju ke suatu jawaban yang
paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan. Menurut teori
perkembangan kognitif Piaget, anak pada masa kanak-kanak awal berada pada tahap
praoperasional (2-7 tahun), istilah praoperasional menunjukkan pada pengertian
belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran pada tahap praoperasional masih
kacau dan belum terorganisasi dengan baik (Santrock,2002) yang sering dikatakan
anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Jadi, pada
masa ini anak memiiki perkembangan inteektual yang tinggi yang
menyebabkan mereka menanyakan apa-apa yang mereka lihat dan mereka
dengar.
Memori adalah kemampuan untuk mengkodekan, mempertahankan, dan mengingat
informasi dari waktu ke waktu. Anak-anak harus belajar untuk mengkodekan benda,
orang, dan tempat-tempat dan kemudian dapat mengingat mereka dari memori jangka
panjang.
Anak-anak kecil tidak ingat serta anak-anak yang lebih tua dan orang
dewasa. Selain itu, anak-anak ini lebih baik dari pada pengakuan tugas ingat
memori. Peneliti menduga beberapa kemungkinan penyebab untuk pengembangan ini.
Salah satu penjelasan adalah bahwa anak-anak prasekolah mungkin kurang dalam
aspek-aspek tertentu dari perkembangan otak yang diperlukan untuk kemampuan
memori matang. Penjelasan lain adalah bahwa anak-anak prasekolah tidak memiliki
nomor yang sama dan jenis pengalaman untuk memanfaatkan sebagai orang dewasa
saat memproses informasi. Alasan lain adalah bahwa anak-anak kurang perhatian
selektif, yang berarti mereka lebih mudah terganggu. Masih penjelasan lain
adalah bahwa anak-anak tidak memiliki kualitas yang sama dan kuantitas strategi
mnemonic efektif sebagai orang dewasa.
Anak-anak prasekolah, namun, menunjukkan minat yang kuat dalam belajar. Apa
seorang anak mungkin kurang dalam keterampilan terdiri dalam inisiatif. Jadi
anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang melekat tentang dunia, yang mendorong
kebutuhan untuk belajar sebanyak mungkin, secepat mungkin. Beberapa anak muda
mungkin menjadi frustrasi ketika belajar tidak terjadi secepat atau mengingat
seefisien anak yang lebih tua. Ketika situasi belajar yang terstruktur sehingga
anak-anak dapat berhasil menetapkan tujuan-cukup dicapai dan memberikan
bimbingan dan dukungan-anak bisa menjadi sangat matang dalam kemampuan mereka
untuk memproses informasi.
B.
Aspek
Perkembangan Sosial-Emosi pada anak usia 2-6 tahun
Emosi yang meninggi pada awal masa
kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan
iri hati yang tidak masuk akal.Penyebab emosi ini adalah akibat lamanya
bermain, tidak mau tidur siang, dan makan terlalu sedikit.Pada masa
ini, emosi yang dilakukan adalah termasuk dalam emosi yang disadari. Ekspresi
dari emosi-emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan
menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka. Emosi yang umum pada masa kanak-kanak awal adalah:
a.
Amarah
Muncul ketika anak sedang bermain
dengan teman sebayanya, lalu terjadi perebutan mainan oleh salah satu pihak,
mungkin juga karena keinginannya tidak tercapai, ataupun karena ada serangan
dari anak lain. Ekspresi yang biasa muncul adalah menangis, berteriak,
menggertak, menendang, melompat, dan memukul.
b. Takut
Dirasakan ketika ia mendengar cerita
yang menyeramkan, melihat gambar, melihat TV, mendengarkan radio, maupun
melihat orang yang sedang marah-marah. Ia biasanya langsung panik, lari,
menghindar, bersembunyi, maupun menangis.
c. Cemburu
Biasa diungkapkan dengan pura-pura sakit, nakal,
maupun regresi (melakukan hal-hal yang dulu pernah dilakukan dan menarik
perhatian, misalnya ngompol lagi setelah lama tidak ngompol). Penyebab umumnya
adalah karena perhatian orang tua beralih kepada orang lain, misalnya adiknya
yang baru lahir.
d. Ingin tahu
Emosi ini
biasanya dilakukan dengan banyak bertanya.Ia ingin mengetahui hal-hal
yang baru, juga ingin mengetahui tubuhnya sendiri.
e. Iri hati
Jika emosi ini sedang muncul, maka ia akan mengeluh
tentang hal-hal yang dimiliki, mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang
orang lain, ataupun bahkan mengambil benda yang ingin dimilikinya. Ia sering
iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain.
f. Gembira
Dapat mereka rasakan tatkala ia sedang sehat,
mendengar bunyi yang tiba-tiba, ataupun berhasil melakukan tugas yang
dianggapnya sulit. Ungkapannya adalah dengan tersenyum, tertawa, bertepuk
tangan, melompat-lompat, memeluk benda atau orang yang membutanya bahagia.
g. Sedih
Tatkala kehilangan sesuatu yang
disayanginya.Ia akan menangis dan kehilangan gairah mengerjakan kegiatan
sehari-hari.
h. Kasih sayang
Emosi ini
ditimbulkan dengan memeluk, menepuk, mencium obyek yang disayangi dengan kasih
sayang, mengajak bicara dengan mesra, mengelus-elus binatang yang disayangi dan
menggendongnya.
i. Malu
Muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu
memenuhi standar atau target tertentu. Anak yang sedang malu sering kali
berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi tersebut.Rasa
malu biasanya berhubungan dengan serangan terhadap self dan dapat
mengakibatkan kebingungan dan membuat anak tidak mampu berkata-kata. Tubuh anak
yang mengalami rasa malu ini biasanya akan terlihat seperti “merengut”
seolah-olah ingin menghindar dari tatapan orang lain. Rasa malu bukan merupakan
hasi dari situasi tertentu tetapi lebih disebabkan oleh interpretasi individu
terhadap kejadian tertentu.
Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak
perempuan akan lebih menunjukkan perasaan malu dan bersalah jika dibandingkan
dengan laki-laki. Perbedaan di antara gender ini sangat menarik karena biasanya
anak perempuan adalah pihak yang lebih rentan terhadap internalisasi seperti
kecemasan dan depresi, di mana salah satu ciri khasnya adalah perasaan malu dan
kritik terhadap diri yang berlebihan.
j. Bersalah
Emosi ini biasanya muncul ketika anak menilai
perilakunya sebagai sebuah kegagalan.Perasaan malu dan bersalah memiliki
karakteristik fisik yang berbeda.Ketika seorang anak menunjukkan rasa malu,
mereka seolah-olah mengecilkan tubuh mereka seperti ingin bersembunyi, sedangkan
ketika mereka mengalami perasaan bersalah, mereka biasanya melakukan
gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki kegagalan mereka.
k. Bangga
Emosi ini muncul
ketika anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan perilaku
tertentu.Rasa bangga sering kali diasosiakan dengan pencapaian suatu tujuan
tertentu.
Perkembangan emosi evaluatif yang
disadari ini sangat dipengaruhi oleh respons orang tua terhadap perilaku anak.
Sebagai contoh, seorang anak akan mengalami perasaan bersalah ketika orang tua
berkata “Kamu seharusnya tidak boleh menggigit kakakmu”.
Beberapa di antara perubahan penting
dalam perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal adalah meningkatnya
kemampuan untuk membicarakan emosi diri dan orang lain dan peningkatan
pemahaman tentang emosi. Mereka juga mulai belajar mengenai penyebab dan
konsekuensi dari perasaan-perasaan yang dialami.
Ketika menginjak usia 4-5 tahun,
anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksi emosi.
Mereka juga mulai memahami bahwa mereka harus mengatur emosi mereka untuk
memenuhi standar sosial.
Perbandingan antara emosi anak dan emosi orang dewasa:
Emosi Anak
|
Emosi
Orang Dewasa
|
Berlangsung singkat dan berakhir
|
Berlangsung lebih lama dan berakhir lambat
|
Terlihat lebih hebat atau kuat
|
Tidak terlihat hebat dan kuat
|
Bersifat sementara atau dangkal
|
Lebih mendalam dan lama
|
Lebih sering terjadi
|
Jarang terjadi
|
Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya
|
Sulit
diketahui, lebih pandai menyembunyikannya.
|
Perkembangan emosi tak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, yang sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada secara terus-menerus.Jenis hubungan sosial lebih penting daripada jumlahnya, kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun kadang-kadang saja, maka sikap terdapat kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering, tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih populer dari pada anak yang interaksinya terbatas.
Pada masa prasekolah (terutama mulai
usia 4 tahun) perkembangan sosial anak sudah mulai tampak jelas, karena mereka
sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya.
Ciri-ciri perkembangan pada tahap ini
adalah :
1. Anak sudah mulai tahu aturan-aturan,
baik dilingkungan keluarganya maupun dalam lingkungan bermain.
2. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai
tunduk pada peraturan.
3. Anak sudah mengetahui hak atau
kepentingan orang lain.
4. Anak sudah mulai dapat bermain bersama
anak-anak lain atau teman sebaya (peer group)
Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh iklim sosio psikilogis keluarganya. Apabila memperhatikan,
saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga, terjalin komunikasi
antara anggota keluarga dan konsisten dalam melaksanakan aturan, maka anak akan
memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain.
Aspek-aspek
penting yang berkembang pada masa ini diantaranya adalah hubungan keluarga,
hubungan dengan teman sebaya, perkembangan permainan, perkembangan gender, dan
perkembangan moral (Jahja, 2011: 191).
C. Aspek Perkembangan Bahasa pada anak usia 2-6
Tahun
Perkembangan
Bahasa Anak Usia Dini (2-6 tahun )
Ada beberapa perubahan perkembangan bahasa yang terjadi pada usia dini, diantaranya:
a. Berkenaan dengan fonologi, beberapa anak usia prasekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan misalnya (str dalam kata strika). Serta sulitnya mengucapkan huruf ‘r’.
Ada beberapa perubahan perkembangan bahasa yang terjadi pada usia dini, diantaranya:
a. Berkenaan dengan fonologi, beberapa anak usia prasekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan misalnya (str dalam kata strika). Serta sulitnya mengucapkan huruf ‘r’.
b. Berkenaan
dengan morfologi, bahwa pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat
mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya.
c. Berkenaan dengan sintaksis, bahwa anak-anak belajar dan menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditentukan pada tingkat sintaksis. Mereka mulai tahu aturan yang kompleks tentang bagaimana kata-kata seharusnya diurutkan menurut subjek, predikat dan objeknya dalam membuat kalimat.
c. Berkenaan dengan sintaksis, bahwa anak-anak belajar dan menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditentukan pada tingkat sintaksis. Mereka mulai tahu aturan yang kompleks tentang bagaimana kata-kata seharusnya diurutkan menurut subjek, predikat dan objeknya dalam membuat kalimat.
d. Berkenaan
dengan semantik, bahwa begitu anak sudah mampu membuat kalimat dan sudah
mampu mengembangkan makna kalimat tersebut dengan cepat.
Perbedaan bahasa anak usia 2 dan 6 tahun :
Perbedaan bahasa anak usia 2 dan 6 tahun :
1. Anak
usia 6 tahun memiliki keterampilan dalam berdialog lebih baik, sehingga mampu
membicarakan benda-benda yang fisikal (imaginatif).
2. Anak
usia 6 tahun mampu menunjukan gaya bicara yang sesuai dengan situasi sosial dan
dengan siapa mereka sedang berbicara.
Perkembangan
Bahasa prasekolah
Perkembangan bahasa anak pra-sekolah, dapat
diklasifikasikan kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap
sebelumnya). Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun) bercirikan;
a) Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat
tunggal yang sempurna.
b) Anak sudah mampu memahami memahami tetang
perbandingan.
c) Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa,
dimana, darimana, dsb.
d) Anak sudah mulai menggunakan kata-kata
berawalan dan berakhiran.
Tahap Keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan;
a) Anak sudah
menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
b) Tingkat berpikir anak
sudah lebih maju
c) Anak banyak
bertanya tentang waktu, sebab akibat melalui pertanyaan kapan, mengapa,
bagaimana, dsb.
Tabel
Perkembangan Tahapan Perkembangan sebuah Pandangan Holistik
Usia
|
Perkembangan
Fisik
|
Perkembangan
Kognitif
|
Perkembangan
Bahasa
|
Perkembangan
Emosi
|
Perkembangan
Sosial
|
18-30
bulan
|
Dapat
berjalan tegak
|
Menggunakan
representasi mental dan simbol
|
Mulai
memberikan penamaan
|
Emosi-emosi
mengevaluasi diri sendiri (malu, iri, empati) serta tanda-tanda rasa malu dan
bersalah muncul.
|
Dorongan
untuk mandiri mulai berkembang
|
Mulai
mencoret-coret tanpa arti
|
Kepermanenan
objek tercapai
|
Kalimat
pertama sering kali singkat
|
Munculnya
negativisme
|
Meningkatnya
konflik dengan saudara kandung
|
|
Dapat
membentuk konsep dan pengelompokkan
|
Mulai
melibatkan diri dalam percakapan
|
Munculnya
emosi-emosi mengevaluasi diri sendiri
|
Kebanyakan
bermain paralel dengan orang lain
|
||
Ingatan
episodek muncul
|
Anak
terlalu tertib dalam aturan berbahasa
|
||||
Mulainya
tahap praoperasional
|
|||||
30-36
bulan
|
Anak
sudah memiliki gigi susu yang lengkap
|
Anak
dapat menghitung
|
Anak
mempelajari kata-kata baru hampir setiap hari
|
Anak
menunjukkan kemampuan yang meningkat dalam ‘membaca’ emosi, keadaan mental,
dan maksud orang lain.
|
Anak
menunjukkan peningkatan ketertarikan kepada orang lain, terutama anak-anak
lainnya.
|
Anak
dapat melompat
|
Anak
mengetahui
|
Anak
mengkombinasikan tiga kata atau lebih, dan dapat mengucapkan 1.000 kata
|
|||
Anak
memahami perumpamaan mengenai benda-benda yang dikenal
|
Anak
menggunakan kata kerja lampau
|
||||
Anak
dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang dikenali
|
|||||
3-4
tahun
|
Anak
dapat menyalin bentuk-bentuk dan menggambar desain-desain
|
Anak
memahami simbol
|
Kosakata,
tata bahasa, dan tata kalimat meningkat dan makin rumit
|
Negativisme
mencapai puncaknya, temper tantrum biasanya muncul
|
Anak
menunjukkan peningkatkan ketertarikan kepada orang lain
|
Anak
dapat menuangkan cairan, makan dengan perangkat makan, dan menggunakan toilet
sendiri
|
Dimulainya
ingatan otografikal (ingatan mengenai sejarah seseorang)
|
Kemampuan
baca-tulis mulai tumbuh
|
Sedikit
terlihat kesadaran akan kebanggaan dan rasa malu
|
Bermain
pura-pura yang memiliki tema interaksi sosial
|
|
Anak
mengenakan baju dengan bantuan
|
Anak
melibatkan diri dalam permainan berpura-pura
|
Meningkatnya
berbicara sendiri
|
Konflik
dengan saudara kandung mengenai kepemilikan barang-barang merupakan hal yang
lazim
|
||
Anak
dapat menghitung menggunakan seluruh angka
|
|||||
Anak
memahami kualitas yang terpecah-pecah
|
|||||
5-6
tahun
|
Anak
dapat turun tangga, melompat, berjingkrak dan mengubah arah
|
Teori
pikiran telah matang, anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan
|
Kemampuan
bicara hampir seperti orang dewasa dan kosakata yang terucap sekitar 2.600
kata
|
Negativisme
menurun
|
Pola
menggertak (bulliying) dan memperdaya (victimization) mungkin mulai terbangun
|
Dapat
mengenakan pakaian tanpa dibantu
|
Mulai
lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasi, dan membangun strategi
|
Anak
memahami sekitar 20.000 kata
|
Anak
mengenali rasa bangga dan malu kepada orang lain, tetapi tidak pada diri
sendiri
|
||
Gigi
susu mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap
|
Anak
dapat menceritakan kembali alur cerita
|
Anak
menyadari rasa bangga atau malu mereka
|
BAB II
HASIL OBSERVASI
A . Identitas Subjek
Nama Lengkap :
Shareya Kamiya Laquinta Dewi
Nama Panggilan : Kamiya
Tempat,
Tanggal lahir : Banjarbaru, 20
September 2008
Usia : 5 tahun
Agama : Islam
Jenis
Kelamin : Perempuan
Nama
Sekolah : PAUD Dharma
Wanita Persatuan UNLAM (TK Teratai)
Alamat :
Jalan Galuh Marindu 2 No. F30 RT. 033 RW. 007 Banjarbaru
Nama Orang Tua (Pekerjaan)
Ayah :
Ir. Iwan Setiawan, M.P (PNS)
Ibu : Agustina
Tri Wardhani (Ibu Rumah Tangga)
B. Kondisi Subjek
Dalam observasi yang telah dilakukan
oleh tim peneliti, ditemukan hasil yang berbeda-beda tentang kondisi subjek
jika dilihat dari beberapa segi perkembangan subjek, antara lain:
Perkembangan
Kognitif, pada
observasi perkembangan kognitif subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang
keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan kognitif usia 4-5
tahun adalah 8. Sebanyak 6 indikator perkembangan kognitif usia 4-5 tahun telah
berhasil dilalui oleh subjek yaitu mampu melompat dan menari, menggambar orang
yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, dapat menghitung jari-jarinya,
mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita, di TK itu membedakan besar
dan kecil, dan menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa. Sedangkan indikator
perkembangan kognitif usia 4-5 tahun yang tidak dapat atau belum dilalui
sebanyak 2 indikator yaitu memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya dan
minat kepada kata baru dan artinya. Semua indikator perkembangan kognitif 2-4
tahun juga telah berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator
perkembangan kognitif 5-6 tahun ditemukan sebanyak 2 indikator belum dilalui
oleh subjek yaitu mulai lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasikan dan
membangun strategi dan mungkin menentang dan tidak sopan dan sebanyak 3
indikator telah berhasil dilalui yaitu teori pikiran telah matang, anak bisa
membedakan anatara khayalan dan kenyataan, mengetahui kanan kiri, dan
memperlihatkan tempertantrum. Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan
kognitif usia 2-4 tahun dan sebagian besar perkembangan kognitif usia 4-6 tahun
telah berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan
Motorik, pada observasi perkembangan motorik subjek usia 5
tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator
perkembangan motorik usia 4-5 tahun adalah 3. Semua indikator perkembangan
motorik usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu mampu melompat
dan menari, menggambar orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, dan
dapat menghitung jari-jarinya. Semua indikator perkembangan motorik 2-4 tahun
juga telah berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan
motorik 5-6 tahun ditemukan sebanyak 1 indikator belum dilalui oleh subjek
yaitu gigi susu mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap dan sebanyak 3
indikator telah berhasil dilalui yaitu anak dapat turun tangga, melompat,
berjingkrak dan mengubah arah, dapat
mengenakan pakaian tanpa dibantu, dan bermain sepeda. Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan
motorik usia 2-5 tahun dan sebagian besar perkembangan usia 5-6 tahun telah
berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan
Sosial, pada observasi perkembangan sosial subjek usia 5
tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator
perkembangan sosial usia 4-5 tahun adalah 4. Semua indikator perkembangan
sosial usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu senang bermain
keluar rumah, perasaan yang berubah-ubah, susah mulai berteman, bisa
bekerjasama dan berpartisispasi dalam kelempok, sudah bisa menelepon, dan mulai
mengenal sahabat, saling bercerita tentang kegiatan dirinya dan keluarganya,
anak usia ini juga mulai menyukai figur atau tokoh seperti kakak, ibu, ayah
atau guru, saat bermain, mereka mulai sering memerankan tokoh panutan mereka
tersebut. Semua indikator perkembangan sosial 2-4 tahun juga telah berhasil
dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan sosial 5-6 tahun
ditemukan sebanyak 3 indikator belum dilalui oleh subjek yaitu pola menggertak
(bullying) dan memperdaya (victimization) mungkin mulai terbangun,
bisa memimpin kelompok kegiatan, dan mengenal peraturan dan mengikuti peraturan
dan sebanyak 2 indikator telah berhasil dilalui yaitu telah memiliki kemampuan
untuk menceritakan sesuatu pada temannya dan mampu bermain dan bekerjasama dan
temannya dalam kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan sosial
usia 2-5 tahun dan sebagian kecil perkembangan sosial usia 5-6 tahun telah
berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan
Emosi, pada observasi perkembangan emosi subjek usia 5
tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator
perkembangan emosi usia 4-5 tahun adalah 3. Semua indikator perkembangan emosi
usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu tidak mudah menangis
bila ada hal yang diinginkan tidak terpenuhi, dapat bertindak sopan dan ramah
dengan orang lain, tidak menunjukkan sikap marah dalam kondisi yang wajar.
Semua indikator perkembangan emosi usia 2-3 tahun dan 3-4 tahun juga telah
berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan emosi 5-6
tahun ditemukan sebanyak 1 indikator dari 3 indikator belum dilalui oleh subjek
yaitu respon negatif anak pada segala sesuatu menurun. Hal ini menunjukkan
bahwa semua perkembangan emosi usia 2-3 tahun, 3-4 tahun dan 4-5 tahun dan
sebagian besar perkembangan emosi usia 5-6 tahun telah berhasil dilalui oleh
subjek.
Perkembangan
Bahasa, pada observasi perkembangan bahasa subjek usia 5
tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator
perkembangan bahasa usia 4-5 tahun adalah 12. Sebanyak 8 indikator perkembangan
bahasa usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu mampu berbincang
atau bercakap dengan teman sebaya, mampu menyebut nama teman bermain atau
belajarnya, dapat menggunakan lawan kata dengan benar, mampu menghafal lagu
atau puisi pendek, mampu membentuk suatu kalimat yang menggunakan keterangan
waktu, bicaranya mudah dimengerti dalam menyebutkan huruf angka atau nama-nama
hari, mampu menirukan atau membaca huruf, dapat menyebut nama, umur, dan tempat
tinggal sendiri. Sedangkan indikator perkembangan bahasa usia 4-5 tahun yang
tidak dapat atau belum dilalui sebanyak 2 indikator yaitu minat kepada
kata-kata baru dan arti dari kata tersebut, dan dapat menyebut alamat serta
nomor telepon. Sebanyak 2 indikator dari 9 indikator perkembangan bahasa usia
2-3 tahun belum berhasil dilalui oleh subjek yaitu dapat memahami perkataan
orang lain dengan baik dan menjadi makin peka apakah kata-kata mereka dapat
dipahami atau tidak. Juga sebanyak 2 indikator dari 8 indikator perkembangan
bahasa usia 3-4 tahun belum berhasil dilalui oleh subjek yaitu mulai senang
bercerita dan dapat menyampaikan humor secara verbal, sedangkan semua indikator
perkembangan bahasa 5-6 tahun ditemukan
telah berhasil dilalui oleh subjek. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
perkembangan bahasa usia 2-5 tahun dan semua perkembangan bahasa usia 5-6 tahun
telah berhasil dilalui oleh subjek.
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut
teori yang dikemukakan pada landasan teori, memang ada beberapa indikator dalam
tugas-tugas perkembangan, yang masih belum bisa dicapai menurut usianya.
Kemungkinan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya :
A. Pada
perkembangan aspek Kognitif
- memprotes
bila dilarang apa yang diinginkannya dan mungkin menentang dan tidak sopan ,
dia memang orangnya sopan dan patuh, jadi kalau dilarang, dia akan menurut.
Apalagi dalam pola pengasuhan orang tuanya, dia memang diajarkan untuk menjadi
seorang anak yang patuh, dan sopan.
- minat
kepada kata baru dan artinya, dia anaknya memang pemalu, dan kalau mau bicara
harus di beri stimulus atau dalam bentuk modelling, baru anak ini aktif dan
berbicara.
- mulai
lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasikan dan membangun strategi, ini
memang sepertinya belum mencapai pada usianya , anak ini memang berusia 5
tahun, tapi dia masih berada di kelas TK “nol kecil”.
Dia
hobinya menggambar , jadi tidak hanya menggambar seperti kebanyakan anak
lainnya, menggunakan imajinasinya untuk
berkarya dalam gambar yang akan dia gambar. Sepertinya sudah ada bakat menggambar
, waktu istirahat dan santai di rumah pun , dia lebih senang menghabiskan
waktunya dengan menggambar. Dalam aspek kognitif / berpikir, dia lebih banyak
menggunakan otak kanannya.
B. Pada
Perkembangan aspek Motorik
- Gigi
susu mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap , kalau masalah pertumbuhan
gigi, sepertinya memang belum mencapai usianya, biasanya berkisar usia 6 tahun,
gigi baru tanggal dan digantikan oleh gigi tetap.
C. Pada
Perkembangan Sosial
- pola
menggertak (bullying) dan memperdaya
(victimization) mungkin mulai
terbangun, bisa memimpin kelompok kegiatan, dan mengenal peraturan dan
mengikuti peraturan, untuk seorang anak seperti kamiya, sepertinya tidak
diajarkan oleh orang tuanya seperti menggertak dan memperdaya. Dan dia ini anak
perempuan, yang cenderung pemalu sepertinya faktor itu yang tidak bisa membuat
dia jadi pemimpin. Dan di TK tersebut kebanyakan yang dipilih jadi pemimpin
kelompok kegiatan adalah anak laki-laki.
Setelah
dia bisa menggambarkan apa yang dia gambar , dia ceritakan sama guru-gurunya
maupun teman-temannya yang telah dia gambar. Dia mampu bersosialisasi dengan
baik tapi dengan cara menceritakan tentang apa yang dia gambar.
D. Pada
Perkembangan Emosi
- respon
negatif anak pada segala sesuatu menurun, seperti yang telah dijelaskan pada
aspek-aspek sebelumnya, anak ini penurut dan patuh. Walaupun dia bisa marah ,
itu memang respon negatif, tapi tidak pada segala sesuatu yang menurun, misal
nilai dia lebih bagus dari teman yang lain, dia biasa saja.
E. Pada
Perkembangan Bahasa
- Minat
kepada kata-kata baru dan arti dari kata tersebut, dan dapat menyebut alamat
serta nomor telepon. Seperti yang telah dijelaskan di atas dia anaknya memang
pemalu, dan kalau tentang alamat, dia tahu, tapi tidak bisa menyebutkan secara
lengkapnya dimana dan nomor telepon pun dia tidak tahu, apalagi menyebutkannya.
Di
penelitian ini ,tidak ada perbedaan secara signifikan antara teori dengan hasil
penelitian. Anak ini bagus di kemampuan kognitif, tapi tidak dalam lingkungan
sosial, kalau ada orang asing yang belum dia kenal, dia ini sangat pemalu.
Harus ada stimulus – stimulus yang di berikan , biar dia mengeluarkan bakatnya
dan kemampuannya yang lain yang ia miliki.
Permisi kak mau tanya. Ini literaturnya pake apa ya ? makasih
BalasHapus