Minggu, 26 Januari 2014

Laporan Observasi



BAB I
Landasan Teori

A.      Aspek Perkembangan Motorik dan Kognitif pada anak usia 2-6 Tahun
Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentang usia 2 – 6 tahun, masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak.
Seperti bayi dan balita, anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat, baik secara fisik, kognitif maupun psikososialnya.
Masa kanak–kanak awal usia 2 sampai 6 tahun, masa ini merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk kelompok bermain dan Taman kanak-kanak. Di dalam Islam masa ini disebut dengan fase al-thifl. Anak usia Taman Kanak-kanak dalam rentangan usia 4-5 atau 6 tahun berada dalam masa usia emas (golden age) segala sesuatunya sangat berharga, baik fisik, emosi dan intelektualnya. Perkembangan fisik anak mengalami perubahan seperti, tinggi badan dan berat badan. Masa kanak-kanak rata-rata tinggi badannya bertambah 6.25 cm setiap tahun dan bertambah berat badan 2-5 kg. Pada usia 6 tahun berat badan anak normal harus kurang lebih mencapai 7 kali berat pada waktu lahir. Anak usia Taman Kanak-kanak ini sangat besar energinya sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang sangat tepat sehingga berkembang kemampuan motorik kasar maupun halus.

 Prinsip-prinsip perkembangan fisiologis anak usia Taman Kanak-kanak adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun halus. Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Sehingga seiring dengan kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktek.
Perkembangan Motorik Kasar merupakan tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti: berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakkan tubuhnya.
 Perkembangan gerakan motorik halus anak TK ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Jadi, pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu didukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan intelektual pada masa kanak-kanak awal, anak berpikir konvergen menuju ke suatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada masa kanak-kanak awal berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun), istilah praoperasional menunjukkan pada pengertian belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran pada tahap praoperasional masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik (Santrock,2002) yang sering dikatakan anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Jadi, pada masa ini anak memiiki perkembangan  inteektual yang tinggi yang menyebabkan  mereka menanyakan apa-apa yang mereka lihat dan mereka dengar. 
Memori adalah kemampuan untuk mengkodekan, mempertahankan, dan mengingat informasi dari waktu ke waktu. Anak-anak harus belajar untuk mengkodekan benda, orang, dan tempat-tempat dan kemudian dapat mengingat mereka dari memori jangka panjang.
Anak-anak kecil tidak ingat serta anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Selain itu, anak-anak ini lebih baik dari pada pengakuan tugas ingat memori. Peneliti menduga beberapa kemungkinan penyebab untuk pengembangan ini. Salah satu penjelasan adalah bahwa anak-anak prasekolah mungkin kurang dalam aspek-aspek tertentu dari perkembangan otak yang diperlukan untuk kemampuan memori matang. Penjelasan lain adalah bahwa anak-anak prasekolah tidak memiliki nomor yang sama dan jenis pengalaman untuk memanfaatkan sebagai orang dewasa saat memproses informasi. Alasan lain adalah bahwa anak-anak kurang perhatian selektif, yang berarti mereka lebih mudah terganggu. Masih penjelasan lain adalah bahwa anak-anak tidak memiliki kualitas yang sama dan kuantitas strategi mnemonic efektif sebagai orang dewasa.
Anak-anak prasekolah, namun, menunjukkan minat yang kuat dalam belajar. Apa seorang anak mungkin kurang dalam keterampilan terdiri dalam inisiatif. Jadi anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang melekat tentang dunia, yang mendorong kebutuhan untuk belajar sebanyak mungkin, secepat mungkin. Beberapa anak muda mungkin menjadi frustrasi ketika belajar tidak terjadi secepat atau mengingat seefisien anak yang lebih tua. Ketika situasi belajar yang terstruktur sehingga anak-anak dapat berhasil menetapkan tujuan-cukup dicapai dan memberikan bimbingan dan dukungan-anak bisa menjadi sangat matang dalam kemampuan mereka untuk memproses informasi.

B.       Aspek Perkembangan Sosial-Emosi pada anak usia 2-6 tahun
Emosi yang meninggi pada awal masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal.Penyebab emosi ini adalah akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, dan makan terlalu sedikit.Pada masa ini, emosi yang dilakukan adalah termasuk dalam emosi yang disadari. Ekspresi dari emosi-emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka. Emosi yang umum pada masa kanak-kanak awal adalah:

a.     Amarah 
Muncul ketika anak sedang bermain dengan teman sebayanya, lalu terjadi perebutan mainan oleh salah satu pihak, mungkin juga karena keinginannya tidak tercapai, ataupun karena ada serangan dari anak lain. Ekspresi yang biasa muncul adalah menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat, dan memukul.
b.    Takut
Dirasakan ketika ia mendengar cerita yang menyeramkan, melihat gambar, melihat TV, mendengarkan radio, maupun melihat orang yang sedang marah-marah. Ia biasanya langsung panik, lari, menghindar, bersembunyi, maupun  menangis.
c.     Cemburu
Biasa diungkapkan dengan pura-pura sakit, nakal, maupun regresi (melakukan hal-hal yang dulu pernah dilakukan dan menarik perhatian, misalnya ngompol lagi setelah lama tidak ngompol). Penyebab umumnya adalah karena perhatian orang tua beralih kepada orang lain, misalnya adiknya yang baru lahir.
d.    Ingin tahu
Emosi ini biasanya dilakukan dengan banyak bertanya.Ia ingin mengetahui hal-hal yang baru, juga ingin mengetahui tubuhnya sendiri.
e.     Iri hati
Jika emosi ini sedang muncul, maka ia akan mengeluh tentang hal-hal yang dimiliki, mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang orang lain, ataupun bahkan mengambil benda yang ingin dimilikinya. Ia sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain.
f.     Gembira
Dapat mereka rasakan tatkala ia sedang sehat, mendengar bunyi yang tiba-tiba, ataupun berhasil melakukan tugas yang dianggapnya sulit. Ungkapannya adalah dengan tersenyum, tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, memeluk benda atau orang yang membutanya bahagia.
g.    Sedih
Tatkala kehilangan sesuatu yang disayanginya.Ia akan menangis dan kehilangan gairah mengerjakan kegiatan sehari-hari.
h.    Kasih sayang
Emosi ini ditimbulkan dengan memeluk, menepuk, mencium obyek yang disayangi dengan kasih sayang, mengajak bicara dengan mesra, mengelus-elus binatang yang disayangi dan menggendongnya.
i.      Malu
Muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu. Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi tersebut.Rasa malu biasanya berhubungan dengan serangan terhadap self dan dapat mengakibatkan kebingungan dan membuat anak tidak mampu berkata-kata. Tubuh anak yang mengalami rasa malu ini biasanya akan terlihat seperti “merengut” seolah-olah ingin menghindar dari tatapan orang lain. Rasa malu bukan merupakan hasi dari situasi tertentu tetapi lebih disebabkan oleh interpretasi individu terhadap kejadian tertentu.
Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan akan lebih menunjukkan perasaan malu dan bersalah jika dibandingkan dengan laki-laki. Perbedaan di antara gender ini sangat menarik karena biasanya anak perempuan adalah pihak yang lebih rentan terhadap internalisasi seperti kecemasan dan depresi, di mana salah satu ciri khasnya adalah perasaan malu dan kritik terhadap diri yang berlebihan.
j.      Bersalah
Emosi ini biasanya muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan.Perasaan malu dan bersalah memiliki karakteristik fisik yang berbeda.Ketika seorang anak menunjukkan rasa malu, mereka seolah-olah mengecilkan tubuh mereka seperti ingin bersembunyi, sedangkan ketika mereka mengalami perasaan bersalah, mereka biasanya melakukan gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki kegagalan mereka.
k.    Bangga
Emosi ini muncul ketika anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan perilaku tertentu.Rasa bangga sering kali diasosiakan dengan pencapaian suatu tujuan tertentu.
Perkembangan emosi evaluatif yang disadari ini sangat dipengaruhi oleh respons orang tua terhadap perilaku anak. Sebagai contoh, seorang anak akan mengalami perasaan bersalah ketika orang tua berkata “Kamu seharusnya tidak boleh menggigit kakakmu”.
Beberapa di antara perubahan penting dalam perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal adalah meningkatnya kemampuan untuk membicarakan emosi diri dan orang lain dan peningkatan pemahaman tentang emosi. Mereka juga mulai belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan-perasaan yang dialami.
Ketika menginjak usia 4-5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksi emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa mereka harus mengatur emosi mereka untuk memenuhi standar sosial.
Perbandingan antara emosi anak dan emosi orang dewasa:
Emosi Anak
Emosi Orang Dewasa
Berlangsung singkat dan berakhir
Berlangsung lebih lama dan berakhir lambat
Terlihat lebih hebat atau kuat
Tidak terlihat hebat dan kuat
Bersifat sementara atau dangkal
Lebih mendalam dan lama
Lebih sering terjadi
Jarang terjadi
Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya
Sulit diketahui, lebih pandai menyembunyikannya.

Perkembangan emosi tak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, yang sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada secara terus-menerus.Jenis hubungan sosial lebih penting daripada jumlahnya, kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun kadang-kadang saja, maka sikap terdapat kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering, tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih populer dari pada anak yang interaksinya terbatas.
Pada masa prasekolah (terutama mulai usia 4 tahun) perkembangan sosial anak sudah mulai tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya.
Ciri-ciri perkembangan pada tahap ini adalah :
1.      Anak sudah mulai tahu aturan-aturan, baik dilingkungan keluarganya maupun dalam lingkungan bermain.
2.           Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
3.           Anak sudah mengetahui hak atau kepentingan orang lain.
4.       Anak sudah mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebaya (peer group)
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio psikilogis keluarganya. Apabila memperhatikan, saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga, terjalin komunikasi antara anggota keluarga dan konsisten dalam melaksanakan aturan, maka anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain.
Aspek-aspek penting yang berkembang pada masa ini diantaranya adalah hubungan keluarga, hubungan dengan teman sebaya, perkembangan permainan, perkembangan gender, dan perkembangan moral (Jahja, 2011: 191). 

C.   Aspek Perkembangan Bahasa pada anak usia 2-6 Tahun
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini (2-6 tahun )
Ada beberapa perubahan perkembangan bahasa yang terjadi pada usia dini, diantaranya:
a. Berkenaan dengan fonologi, beberapa anak usia prasekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan misalnya (str dalam kata strika). Serta sulitnya mengucapkan huruf ‘r’.
b. Berkenaan dengan morfologi, bahwa pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya.
c. Berkenaan dengan sintaksis, bahwa anak-anak belajar dan menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditentukan pada tingkat sintaksis. Mereka mulai tahu aturan yang kompleks tentang bagaimana kata-kata seharusnya diurutkan menurut subjek, predikat dan objeknya dalam membuat kalimat.
d. Berkenaan dengan semantik, bahwa begitu anak sudah mampu membuat  kalimat dan sudah mampu mengembangkan makna kalimat tersebut dengan cepat.
Perbedaan bahasa anak usia 2 dan 6 tahun :
1. Anak usia 6 tahun memiliki keterampilan dalam berdialog lebih baik, sehingga mampu membicarakan benda-benda yang fisikal (imaginatif).
2. Anak usia 6 tahun mampu menunjukan gaya bicara yang sesuai dengan situasi sosial dan dengan siapa mereka sedang berbicara. 
Perkembangan Bahasa prasekolah
Perkembangan bahasa anak pra-sekolah, dapat diklasifikasikan kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya). Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun) bercirikan;
a) Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
b) Anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.
c) Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana, darimana, dsb.
d) Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran.
Tahap Keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan;
a)      Anak sudah menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
b)      Tingkat berpikir anak sudah lebih maju
c)      Anak banyak bertanya tentang waktu, sebab akibat melalui pertanyaan kapan, mengapa, bagaimana, dsb.

Tabel Perkembangan Tahapan Perkembangan sebuah Pandangan Holistik
Usia
Perkembangan Fisik
Perkembangan Kognitif
Perkembangan Bahasa
Perkembangan Emosi
Perkembangan Sosial
18-30 bulan
Dapat berjalan tegak
Menggunakan representasi mental dan simbol
Mulai memberikan penamaan
Emosi-emosi mengevaluasi diri sendiri (malu, iri, empati) serta tanda-tanda rasa malu dan bersalah muncul.
Dorongan untuk mandiri mulai berkembang
Mulai mencoret-coret tanpa arti
Kepermanenan objek tercapai
Kalimat pertama sering kali singkat
Munculnya negativisme
Meningkatnya konflik dengan saudara kandung


Dapat membentuk konsep dan pengelompokkan
Mulai melibatkan diri dalam percakapan
Munculnya emosi-emosi mengevaluasi diri sendiri
Kebanyakan bermain paralel dengan orang lain

Ingatan episodek muncul
Anak terlalu tertib dalam aturan berbahasa



Mulainya tahap praoperasional



30-36 bulan
Anak sudah memiliki gigi susu yang lengkap
Anak dapat menghitung
Anak mempelajari kata-kata baru hampir setiap hari
Anak menunjukkan kemampuan yang meningkat dalam ‘membaca’ emosi, keadaan mental, dan maksud orang lain.

Anak menunjukkan peningkatan ketertarikan kepada orang lain, terutama anak-anak lainnya.
Anak dapat melompat
Anak mengetahui
Anak mengkombinasikan tiga kata atau lebih, dan dapat mengucapkan 1.000 kata



Anak memahami perumpamaan mengenai benda-benda yang dikenal
Anak menggunakan kata kerja lampau



Anak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang dikenali



3-4 tahun
Anak dapat menyalin bentuk-bentuk dan menggambar desain-desain
Anak memahami simbol
Kosakata, tata bahasa, dan tata kalimat meningkat dan makin rumit
Negativisme mencapai puncaknya, temper tantrum biasanya muncul
Anak menunjukkan peningkatkan ketertarikan kepada orang lain
Anak dapat menuangkan cairan, makan dengan perangkat makan, dan menggunakan toilet sendiri
Dimulainya ingatan otografikal (ingatan mengenai sejarah seseorang)
Kemampuan baca-tulis mulai tumbuh
Sedikit terlihat kesadaran akan kebanggaan dan rasa malu
Bermain pura-pura yang memiliki tema interaksi sosial
Anak mengenakan baju dengan bantuan
Anak melibatkan diri dalam permainan berpura-pura
Meningkatnya berbicara sendiri

Konflik dengan saudara kandung mengenai kepemilikan barang-barang merupakan hal yang lazim

Anak dapat menghitung menggunakan seluruh angka




Anak memahami kualitas yang terpecah-pecah



5-6 tahun
Anak dapat turun tangga, melompat, berjingkrak dan mengubah arah
Teori pikiran telah matang, anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan
Kemampuan bicara hampir seperti orang dewasa dan kosakata yang terucap sekitar 2.600 kata

Negativisme menurun
Pola menggertak (bulliying) dan memperdaya (victimization) mungkin mulai terbangun
Dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu
Mulai lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasi, dan membangun strategi
Anak memahami sekitar 20.000 kata
Anak mengenali rasa bangga dan malu kepada orang lain, tetapi tidak pada diri sendiri

Gigi susu mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap

Anak dapat menceritakan kembali alur cerita
Anak menyadari rasa bangga atau malu mereka




BAB II
HASIL OBSERVASI


A  .  Identitas Subjek
 
Nama Lengkap     : Shareya Kamiya Laquinta Dewi
Nama Panggilan    : Kamiya
Tempat, Tanggal lahir       : Banjarbaru, 20 September 2008
Usia                                   : 5 tahun
Agama                               : Islam
Jenis Kelamin                    : Perempuan
Nama Sekolah                   : PAUD Dharma Wanita Persatuan UNLAM (TK Teratai)
Alamat                              : Jalan Galuh Marindu 2 No. F30 RT. 033 RW. 007 Banjarbaru
Nama Orang Tua (Pekerjaan)       
Ayah                                 : Ir. Iwan Setiawan, M.P (PNS)
Ibu                                     : Agustina Tri Wardhani (Ibu Rumah Tangga)
B.  Kondisi Subjek
Dalam observasi yang telah dilakukan oleh tim peneliti, ditemukan hasil yang berbeda-beda tentang kondisi subjek jika dilihat dari beberapa segi perkembangan subjek, antara lain:
Perkembangan Kognitif, pada observasi perkembangan kognitif subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan kognitif usia 4-5 tahun adalah 8. Sebanyak 6 indikator perkembangan kognitif usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu mampu melompat dan menari, menggambar orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, dapat menghitung jari-jarinya, mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita, di TK itu membedakan besar dan kecil, dan menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa. Sedangkan indikator perkembangan kognitif usia 4-5 tahun yang tidak dapat atau belum dilalui sebanyak 2 indikator yaitu memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya dan minat kepada kata baru dan artinya. Semua indikator perkembangan kognitif 2-4 tahun juga telah berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan kognitif 5-6 tahun ditemukan sebanyak 2 indikator belum dilalui oleh subjek yaitu mulai lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasikan dan membangun strategi dan mungkin menentang dan tidak sopan dan sebanyak 3 indikator telah berhasil dilalui yaitu teori pikiran telah matang, anak bisa membedakan anatara khayalan dan kenyataan, mengetahui kanan kiri, dan memperlihatkan tempertantrum. Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan kognitif usia 2-4 tahun dan sebagian besar perkembangan kognitif usia 4-6 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan Motorik, pada observasi perkembangan motorik subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan motorik usia 4-5 tahun adalah 3. Semua indikator perkembangan motorik usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu mampu melompat dan menari, menggambar orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, dan dapat menghitung jari-jarinya. Semua indikator perkembangan motorik 2-4 tahun juga telah berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan motorik 5-6 tahun ditemukan sebanyak 1 indikator belum dilalui oleh subjek yaitu gigi susu mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap dan sebanyak 3 indikator telah berhasil dilalui yaitu anak dapat turun tangga, melompat, berjingkrak  dan mengubah arah, dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu, dan bermain sepeda.  Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan motorik usia 2-5 tahun dan sebagian besar perkembangan usia 5-6 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan Sosial, pada observasi perkembangan sosial subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan sosial usia 4-5 tahun adalah 4. Semua indikator perkembangan sosial usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu senang bermain keluar rumah, perasaan yang berubah-ubah, susah mulai berteman, bisa bekerjasama dan berpartisispasi dalam kelempok, sudah bisa menelepon, dan mulai mengenal sahabat, saling bercerita tentang kegiatan dirinya dan keluarganya, anak usia ini juga mulai menyukai figur atau tokoh seperti kakak, ibu, ayah atau guru, saat bermain, mereka mulai sering memerankan tokoh panutan mereka tersebut. Semua indikator perkembangan sosial 2-4 tahun juga telah berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan sosial 5-6 tahun ditemukan sebanyak 3 indikator belum dilalui oleh subjek yaitu pola menggertak (bullying) dan memperdaya (victimization) mungkin mulai terbangun, bisa memimpin kelompok kegiatan, dan mengenal peraturan dan mengikuti peraturan dan sebanyak 2 indikator telah berhasil dilalui yaitu telah memiliki kemampuan untuk menceritakan sesuatu pada temannya dan mampu bermain dan bekerjasama dan temannya dalam kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan sosial usia 2-5 tahun dan sebagian kecil perkembangan sosial usia 5-6 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan Emosi, pada observasi perkembangan emosi subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan emosi usia 4-5 tahun adalah 3. Semua indikator perkembangan emosi usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu tidak mudah menangis bila ada hal yang diinginkan tidak terpenuhi, dapat bertindak sopan dan ramah dengan orang lain, tidak menunjukkan sikap marah dalam kondisi yang wajar. Semua indikator perkembangan emosi usia 2-3 tahun dan 3-4 tahun juga telah berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan emosi 5-6 tahun ditemukan sebanyak 1 indikator dari 3 indikator belum dilalui oleh subjek yaitu respon negatif anak pada segala sesuatu menurun. Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan emosi usia 2-3 tahun, 3-4 tahun dan 4-5 tahun dan sebagian besar perkembangan emosi usia 5-6 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan Bahasa, pada observasi perkembangan bahasa subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan bahasa usia 4-5 tahun adalah 12. Sebanyak 8 indikator perkembangan bahasa usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu mampu berbincang atau bercakap dengan teman sebaya, mampu menyebut nama teman bermain atau belajarnya, dapat menggunakan lawan kata dengan benar, mampu menghafal lagu atau puisi pendek, mampu membentuk suatu kalimat yang menggunakan keterangan waktu, bicaranya mudah dimengerti dalam menyebutkan huruf angka atau nama-nama hari, mampu menirukan atau membaca huruf, dapat menyebut nama, umur, dan tempat tinggal sendiri. Sedangkan indikator perkembangan bahasa usia 4-5 tahun yang tidak dapat atau belum dilalui sebanyak 2 indikator yaitu minat kepada kata-kata baru dan arti dari kata tersebut, dan dapat menyebut alamat serta nomor telepon. Sebanyak 2 indikator dari 9 indikator perkembangan bahasa usia 2-3 tahun belum berhasil dilalui oleh subjek yaitu dapat memahami perkataan orang lain dengan baik dan menjadi makin peka apakah kata-kata mereka dapat dipahami atau tidak. Juga sebanyak 2 indikator dari 8 indikator perkembangan bahasa usia 3-4 tahun belum berhasil dilalui oleh subjek yaitu mulai senang bercerita dan dapat menyampaikan humor secara verbal, sedangkan semua indikator perkembangan bahasa  5-6 tahun ditemukan telah berhasil dilalui oleh subjek. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perkembangan bahasa usia 2-5 tahun dan semua perkembangan bahasa usia 5-6 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek.
 

BAB III
PEMBAHASAN
Menurut teori yang dikemukakan pada landasan teori, memang ada beberapa indikator dalam tugas-tugas perkembangan, yang masih belum bisa dicapai menurut usianya. Kemungkinan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya :
A.   Pada perkembangan aspek Kognitif
-       memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya dan mungkin menentang dan tidak sopan , dia memang orangnya sopan dan patuh, jadi kalau dilarang, dia akan menurut. Apalagi dalam pola pengasuhan orang tuanya, dia memang diajarkan untuk menjadi seorang anak yang patuh, dan sopan.
-       minat kepada kata baru dan artinya, dia anaknya memang pemalu, dan kalau mau bicara harus di beri stimulus atau dalam bentuk modelling, baru anak ini aktif dan berbicara.
-       mulai lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasikan dan membangun strategi, ini memang sepertinya belum mencapai pada usianya , anak ini memang berusia 5 tahun, tapi dia masih berada di kelas TK “nol kecil”.
Dia hobinya menggambar , jadi tidak hanya menggambar seperti kebanyakan anak lainnya,  menggunakan imajinasinya untuk berkarya dalam gambar yang akan dia gambar. Sepertinya sudah ada bakat menggambar , waktu istirahat dan santai di rumah pun , dia lebih senang menghabiskan waktunya dengan menggambar. Dalam aspek kognitif / berpikir, dia lebih banyak menggunakan otak kanannya.
B.    Pada Perkembangan aspek Motorik
-       Gigi susu mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap , kalau masalah pertumbuhan gigi, sepertinya memang belum mencapai usianya, biasanya berkisar usia 6 tahun, gigi baru tanggal dan digantikan oleh gigi tetap.
C.    Pada Perkembangan Sosial
-       pola menggertak (bullying) dan memperdaya (victimization) mungkin mulai terbangun, bisa memimpin kelompok kegiatan, dan mengenal peraturan dan mengikuti peraturan, untuk seorang anak seperti kamiya, sepertinya tidak diajarkan oleh orang tuanya seperti menggertak dan memperdaya. Dan dia ini anak perempuan, yang cenderung pemalu sepertinya faktor itu yang tidak bisa membuat dia jadi pemimpin. Dan di TK tersebut kebanyakan yang dipilih jadi pemimpin kelompok kegiatan adalah anak laki-laki.
Setelah dia bisa menggambarkan apa yang dia gambar , dia ceritakan sama guru-gurunya maupun teman-temannya yang telah dia gambar. Dia mampu bersosialisasi dengan baik tapi dengan cara menceritakan tentang apa yang dia gambar.
D.   Pada Perkembangan Emosi
-       respon negatif anak pada segala sesuatu menurun, seperti yang telah dijelaskan pada aspek-aspek sebelumnya, anak ini penurut dan patuh. Walaupun dia bisa marah , itu memang respon negatif, tapi tidak pada segala sesuatu yang menurun, misal nilai dia lebih bagus dari teman yang lain, dia biasa saja.
E.    Pada Perkembangan Bahasa
-       Minat kepada kata-kata baru dan arti dari kata tersebut, dan dapat menyebut alamat serta nomor telepon. Seperti yang telah dijelaskan di atas dia anaknya memang pemalu, dan kalau tentang alamat, dia tahu, tapi tidak bisa menyebutkan secara lengkapnya dimana dan nomor telepon pun dia tidak tahu, apalagi menyebutkannya.
Di penelitian ini ,tidak ada perbedaan secara signifikan antara teori dengan hasil penelitian. Anak ini bagus di kemampuan kognitif, tapi tidak dalam lingkungan sosial, kalau ada orang asing yang belum dia kenal, dia ini sangat pemalu. Harus ada stimulus – stimulus yang di berikan , biar dia mengeluarkan bakatnya dan kemampuannya yang lain yang ia miliki.

1 komentar:

  1. Permisi kak mau tanya. Ini literaturnya pake apa ya ? makasih

    BalasHapus